Jumat, 09 Januari 2015

Diskriminasi dan etnosentrisme (Ilmu Sosial Dasar)

Sebelum membahas tentang diskriminasi dan etnosentrisme di Indonesia mari kita pahami dulu pengertiannya.

DISKRIMINASI

DISKRIMINASI MERUPAKAN PELAYANAN YANG TIDAK ADIL TERHADAP INDIVIDU TERTENTU




ETNOSENTRISME

ETNOSENTRISME MERUPAKAN KECENDERUNGAN YANG MENGANGGAP NILAI, NORMA DAN KEBUDAYAANNYA SENDIRI SEBAGAI YANG TERBAIK


DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME DI INDONESIA

Salah satu permasalah terbesar negara yang memiliki beraneka ragam suku dan budaya adalah diskriminasi termasuk Indonesia. Diskriminasi bisa bermakna mendeskriditkan suatu suku, ras atau agama tertentu (SARA). Di Indonesia pernah terjadi kasus berdarah Ambon yang bermotif agama antara Islam dan Kristen dan kasus berdarah Sampit yang bermotif suku antara Dayak dan Madura.
Sedangkan untuk etnosentrisme di Indodesiaseperti kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.
Tak hanya Indonesia, negara adi kuasa AS pun masih memiliki permasalahan Ras yang didasari perbedaan warna kulit. Banyak warga mayoritas AS yang berkulit putih memojokan warga yang berkulit hitam seperti kasus penembakan aktivis kulit hitam AS pada 1960 yaitu Marthin Luther King dan Malcolm X.Salah satu faktor pemicu adanya diskriminasi adalah prasangka dan entrosentrisme atau mengunggulkan suatu kelompok atau ide tertentu. Padahal, kita sesama manusia memiliki derajat dan martabat yang sama dan jelas entrosentrisme tidak akan membawa kita atau suatu negara kepada kejayaan bahkan kesuraman. Lihat saja ! Adolf Hitler yang mengagungkan ras Arya dan menggerakan militer Jerman untuk menginvasi negara-negara Eropa sehingga terjadi perang dunia ke-2.Kegilaan third reich julukan hitler tak sampai disitu, ia bahkan memerintahkan penghabisan, pemusnahan, pembunuhan semua orang yahudi di negara jajahan Jerman termasuk lansia dan anak-anak. Pembunuhan terorganisir atau genosida itu menyebabkan enam juta jiwa melayang dari Yahun belum puluhan juta jiwa dari korban dunia ke-2. Semua masalah itu berakar dari entrosentrisme
















PANDANGAN MASYARAKAT DAN SAYA SENDIRI:

sebagian besar masyarakat sangat tidak menyetujui tindakan diskriminasi tertutama pada tokoh-tokoh agama karena semua agama mengajari bahwa pada hakikatnya semua derajat adalah sama, begitupun Indonesi yang dilandasi oleh pancasila yaitu bersatu walaupun dari berbagai macam suku bangsasehingga negara kita dapat hidup dengan damai tanpa suatu konflik


adapun cara mengurangi diskriminasi yakni:


1. Melalukan kontak langsung
2. Mengajarkan pada anak untuk tidak membenci
3. Mengoptimalkan peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh anak dan media massa untuk membentuk sikap menyukai atau idak menyukai melalui contoh perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).4. Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkankarakteristiknya yang unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu. Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000), upaya tersebut akan lebih efektif jika dibarengi dengan kebijakan pemerintah melalui penerapan hukum yang menjunjung tinggi adanya persamaan hak dan pemberian sanksi pada tindakan diskriminasi baik berdasarkan ras, suku, agama, jenis kelamin, usia, dan faktor-faktor lainnya.Alasan-alasan yang mendasari hukum dapat mengurangi prasangka adalah :1. Hukum membuat diskriminasi menjadi perbuatan ilegal, sehingga akan mengurangi tindakan yang memojokkan pada kehidupan anggota-anggota minoritas.2. Hukum membantu untuk menetapkan atau memantapkan norma-norma dalam masyarakat, yaitu hukum berperan dalam mendefinisikan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima atau tidak dapat diterima dalam masyarakat.3. Hukum mendorong konformitas terhadap perilaku yang non diskriminatif,yang mungkin pada akhirnya akan menghasilkan internalisasi sikap tidak berprasangka melalui proses persepsi diri atau pengurangan disonansi

sumber : john-arqomsaifullah007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar